Jumlah Rakyat Miskin Pengguna BBM Lebih Banyak dari Kelas Menengahnya

Salah satu argumen para pendukung kenaikan harga BBM bersubsidi adalah bahwa kenaikan harga BBM tidak akan berdampak banyak pada rakyat miskin, karena konsumsi BBM rakyat miskin itu kecil. Sebaliknya, beban terbesar kenaikan harga BBM ada pada kelas menengah ke atas, karena mereka lah yang mengkonsumsi bagian terbesar dari BBM bersubsidi melalui mobil pribadi mereka. Argumen ini bukan hanya diajukan sekarang, tapi juga pada kenaikan harga BBM yang lalu. Dengan asumsi bahwa pengguna terbesar BBM bersubsidi adalah sektor transportasi, mari kita lihat data jumlah kendaraan bermotor di Indonesia menurut jenisnya:


Dari data di atas, kita bisa lihat bahwa jumlah kendaraan bermotor yang terbanyak adalah sepeda motor dengan persentase rata-rata sekitar 77,95% dari seluruh kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Sementara, mobil penumpang, meski menempati urutan yang kedua, tapi jumlahnya jauh di bawah sepeda motor. Persentase rata-rata mobil penumpang dari keseluruhan kendaraan bermotor di Indonesia hanya sekitar 11,96%. Data di atas memang hanya sampai tahun 2010, tapi karena ada pola yang mirip selama 2008-2010, kita bisa berasumsi bahwa pola serupa pun terjadi sampai tahun 2012 (untuk data yang lebih luas cakupan tahunnya, meski ada angka yang agak berbeda, lihat data jumlah kendaraan bermotor di situs BPS).

Tanpa pengolahan data lebih lanjut saja, kita sudah bisa mencurigai pendapat para pendukung kenaikan harga BBM bahwa konsumsi BBM kelas menengah ke atas lebih besar dari konsumsi BBM rakyat miskin. Pasalnya, jumlah kendaraan bermotor yang terbanyak adalah sepeda motor dan sepeda motor itu banyak digunakan oleh rakyat miskin. Tapi baiklah, kita memang tidak bisa mengasumsikan bahwa semua pemilik sepeda motor itu rakyat miskin, karena ada juga kelas menengah ke atas yang memiliki sepeda motor.

Karena keterbatasan data, kita asumsikan saja bahwa semua pemilik mobil itu adalah kelas menengah ke atas. Dan bahwa 1 mobil dimiliki oleh 1 orang kelas menengah ke atas. Kemudian, tiap kelas menengah ke atas pemilik mobil juga memiliki 1 sepeda motor. Dengan demikian, di tahun 2010, kita dapati jumlah sepeda motor rakyat miskin adalah 61.133.032 - 8.828.114 = 52.304.918 sepeda motor. Kalau kita asumsikan bahwa 1 rakyat miskin memiliki 1 sepeda motor, maka kita dapati jumlah sepeda motor rakyat miskin itu sama dengan jumlah pemiliknya.

Sekarang, dengan mengasumsikan bahwa semua kelas menengah ke atas yang memiliki mobil serta semua rakyat miskin yang memiliki sepeda motor adalah pengguna aktif BBM, maka kita dapati jumlah pengguna BBM dari kelas menengah ke atas adalah 8.828.114 orang, sementara pengguna BBM dari rakyat miskin adalah 52.304.918 orang. Dengan kata lain, jumlah rakyat miskin yang menggunakan BBM jauh lebih banyak dari jumlah kelas menengah ke atas yang menggunakan BBM.

Memang betul bahwa jumlah rakyat miskin pengguna BBM yang lebih banyak dari jumlah kelas menengah ke atas pengguna BBM bukan berarti konsumsi BBM rakyat miskin itu secara otomatis lebih besar dari konsumsi BBM kelas menengah ke atas. 1 orang pengguna mobil yang menghabiskan 40 liter bensin seminggu akan lebih besar konsumsi BBM-nya daripada 3 orang pengguna sepeda motor yang per orangnya menghabiskan 10 liter bensin seminggu (30 liter untuk 3 orang). Tapi, perbandingan jumlah pengguna BBM yang kelas menengah ke atas dengan rakyat miskin itu tidak kecil. Mungkinkah 8.828.114 orang pengguna mobil konsumsi BBM-nya lebih besar dari 52.304.918 orang pengguna sepeda motor?

Comments

Popular posts from this blog

Materialisme Historis: Metode Analisis Sosial Marxis

Produktivitas Buruh Meningkat, Upah Riil Stagnan

Israel dan Palestina: sebuah kisah kolonialisme modern