Kenaikan Harga BBM Tidak Menyebabkan Penghematan BBM

Untuk mendukung posisinya yang mendukung kenaikan harga BBM, ekonom Anggito Abimanyu dalam artikelnya, "Kenaikan Harga BBM", yang diterbitkan di Kompas.com, 1 Maret 2012, mengajukan problematika konsumsi BBM bersubsidi sebagai salah satu argumen pendukungnya. Menurutnya, "Berbeda dengan tahun 2005 dan 2008, kenaikan harga subsidi saat ini tidak hanya disebabkan oleh kenaikan harga dunia, tetapi juga oleh melonjaknya konsumsi BBM bersubsidi."

Ia kemudian melanjutkan, "sudah banyak studi yang membuktikan bahwa kenaikan harga BBM akan diikuti dengan penurunan konsumsi BBM." Begitu pula, ketika membahas pengalaman kenaikan harga BBM tahun 2005, ia menyatakan "Dengan kenaikan harga BMM juga terjadi penghematan konsumsi BBM," meski tanpa menampilkan data apapun mengenai hal itu. Intinya, logika Anggito adalah demikian, bahwa kenaikan harga BBM akan menyelesaikan problem pemborosan BBM yang menjadi salah satu penyebab kenaikan subsidi BBM yang konon menjepit anggaran pemerintah.

Harus diakui bahwa konsumsi BBM Indonesia memang problematik. Konsumsi BBM kita sudah melebihi produksi BBM dalam negeri, sehingga untuk menutup gap antara konsumsi dan produksi, kita harus mengimpor BBM dari luar. Kita bisa lihat ini dalam data-data di Tabel 1 tentang produksi, konsumsi dan impor BBM Indonesia.


Artinya, kita memang perlu mendisiplinkan konsumsi BBM Indonesia. Pertanyaannya, betulkah kenaikan harga BBM akan mendisiplinkan pemborosan BBM? Mari kita lihat data-data di Tabel 2 tentang konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia 2005-2010. Di sini, yang saya masukkan sebagai BBM bersubsidi hanyalah mogas (motor gasoline atau bensin), solar dan minyak tanah, karena ketiga jenis BBM itulah yang sering disebutkan dalam berbagai peraturan negara tentang penetapan harga eceran BBM (subsidi). Begitu pula, di sini diasumsikan bahwa jumlah total dari ketiga jenis BBM ini disubsidi.


Tahun 2008 adalah tahun di mana rezim SBY menaikkan harga BBM. Pada bulan Mei 2008, pemerintah menaikkan harga minyak tanah dari Rp2.000 menjadi Rp2.500, harga premium dinaikkan dari Rp4.500 menjadi Rp6.000, dan harga minyak solar dinaikkan dari Rp4.300 menjadi Rp5.500. Tapi dari data di Tabel 2, kita lihat, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam konsumsi BBM bersubsidi antara tahun 2008 dengan tahun-tahun lainnya. Bahkan konsumsi mogas dan solar di tahun 2008 lebih besar daripada tahun 2006 dan 2007. Padahal pada tahun 2006 dan 2007, harga premium masih Rp4.500, dan harga minyak solar masih Rp4.300.

Jadi, kenaikan harga BBM tidak menyebabkan penghematan BBM. Sebaliknya, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan sebelumnya, kenaikan harga BBM malah akan menyengsarakan rakyat. Dengan kata lain, kenaikan harga BBM, sudah tidak menyelesaikan masalah, menimbulkan bencana pula.

Comments

Popular posts from this blog

Materialisme Historis: Metode Analisis Sosial Marxis

Produktivitas Buruh Meningkat, Upah Riil Stagnan

Israel dan Palestina: sebuah kisah kolonialisme modern